CIREBON – Terong merupakan sayuran yang sudah sangat akrab bagi masyarakat Cirebon. Walaupun demikian, jarang masyarakat yang mencoba menanam terong di halaman rumahnya. Hal ini dikarenakan benih terong yang sangat kecil dan agak sulit untuk berkecambah, ditambah umur terong yang relatif lebih panjang bila dibandingkan dengan cabai merah dan tomat. Selain itu juga, orang masih beranggapan sulit membuahkan terong jika ditanam di tempat yang terbatas.
Atas hal itu, Tim Pengabdian kepada Masyakarat (PKM) Fakultas Pertanian UGJ mencoba untuk mensosialisasikan budidaya terong di pekarangan kepada ibu-ibu pengurus Tim Penggerak PKK (TP-PKK) dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Al Istiqomah Desa Ciawijapura Kecamatan Susukan Lebak Kabupaten Cirebon.
“Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu tersebut dalam budidaya terong di tempat terbatas atau yang bisa disebut bag culture system. Tempat terbatas yang dimaksud adalah wadah yang berupa pot, polybag, atau ember bekas, atau barang bekas lainnya,” ujar Tim Dosen Fakultas Pertanian UGJ, Umi Trisnaningsih Ir MP bersama Siti Wahyuni SP MP dan Wachdijono SP MP MM serta mahasiswa.
Perbedaan yang paling utama, lanjut Umi, antara budidaya Terong Ungu di lahan kebun dengan sistem bag culture adalah pada komposisi media tanam. Bila di kebun, kata dia, cukup mencangkul tanah dan kemudian menaburinya dengan pupuk kandang. Bila dirasa kurang, dapat ditambahkan pupuk buatan seperti NPK, Urea, SP-36< dan KCl. Namun, masih kata dia, menanam dalam pot misalnya, maka selain tanahnya harus cukup unsur hara, juga harus memastikan bahwa media tanam harus bisa menyimpan air dan mengalirkan kelebihan air akibat penyiraman.
“Kalau hanya bisa menyimpan air tapi sulit untuk mengalirkannya, maka tanaman akan terserang penyakit karena media terlalu lembab. Kondisi seperti ini disebabkan karena media tanamnya terlalu padat, hanya terdiri dari tanah kebun saja. Sebaliknya, bila hanya bisa mengalirkan dan tidak bisa menyimpan air maka pertumbuhan tanaman akan terhambat karena kekurangan air. Misalnya, bila kita menggunakan hanya Sekam Padi saja sebagai media tanam,” paparnya.
Kegiatan PKM sendiri dilaksanakan di Desa Ciawijapura dilaksanakan selama ± 1 bulan, mulai tanggal 5 Februari 2021. Tema kegiatan sendiri “Budidaya Terong Ungu di Pekarangan”. Metode yang digunakan berupa pelatihan, yang terdiri dari penyuluhan dan praktek budidaya terong ungu. Penyuluhan disampaikan oleh 3 (tiga) orang Dosen Fakultas Pertanian UGJ, Umi Trisnaningsih Ir MP, Siti Wahyuni SP MP dan Bapak Wachdijono SP MP MM bersama mahasiswa. Sementara pada waktu praktek, selain dibimbing oleh ketiga dosen tersebut juga dibantu oleh 3 orang mahasiswa Fakultas Pertanian UGJ.
Praktek sendiri dilakukan mulai dari merendam benih, menyemaikan benih pada tray persemaian, membuat media tanam untuk di polybag, serta. memindahkan bibit yang tumbuh sehat ke polybag kecil. Media tanam yang digunakan untuk di polybag adalah campuran dari tanah, pupuk kandang, dan sekam padi dengan perbadingan 1:1:1. Sementara media tanam di tray persemaian hanya digunakan cocopeat yang sudah dihilangkan zat taninnya.
Usai praktek, Tim PKM menyerahkan bantuan berupa alat dan bahan yang dapat digunakan para pengurus dan anggota KWT Al Istiqomah untuk melakukan praktek budidaya Terong Ungu dalam polybag.
Setelah kegiatan praktek, Tim PKM dan para mahasiswa masih melakukan pendampingan dan monitoring selama ± 3 minggu untuk memastikan bahwa Terong Ungu yang ditanam dipelihara dengan baik dan tumbuh dengan sehat dan subur. Selama monitoring juga para peserta pelatihan dapat berkonsultasi dengan Tim PKM tentang budidaya terong dengan sistem bag culture ini.
Adapun permasalahan yang muncul antara lain adanya serangan Kutu Putih dan Cendawan Jelaga. Hal ini disebabkan karena tanaman Terong disimpan di rumah kassa milik KWT Al Istiqomah yang tidak terkena sinar matahari langsung serta lembab. Solusinya adalah menggunakan pestisida alami berupa ekstrak bawang putih yang dicampur dengan sedikit sabun cuci piring cair. Campuran tersebut dilarutkan dan disemprotkan ke tanaman Terong yang terserang.
“Alhamdulillah, dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa pengetahua para peserta tentang budidaya Terong Ungu dengan sistem bag culture meningkat setelah mengikuti pelatihan. Tim PKM berharap para peserta dapat menyebarkan pengetahuan yang didapat kepada para ibu yang lain. Sehingga, para ibu di Desa Ciawijapura dapat membudidayakan Terong Ungu di lahan-lahan pekarangan dengan menggunakan wadah yang tersedia,” pungkasnya. (CP-10)
Be the first to comment on "Manfaatkan Lahan Pekarangan, Dosen PKM Fakultas Pertanian Beri Pelatihan Budidaya Terong Ungu Sistem Bag Culture"