KUNINGAN – Menjamuurnya kedai kopi di wilayah Cirebon dan sekitarnya, membuat para petani kopi semakin bersemangat untuk mengelola perkebunannya. Termasuk para petani kopi di Desa Cibeureum Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Peningkatan hasil buah kopi di kebun ternyata memberikan dampak lain, yaitu bertumpuknya kulit kopi yang merupakan limbah dari panen kopi. Dalam menangani limbah kulit kopi ini, para petani di Desa Cibeureum biasanya dimanfaatkan sebagai kompos hanya dengan cara menebarkannya di permukaan tanah sekitar tanaman kopi.
Cara menebarkan seperti itu tentu saja tidak efektif. Kandungan unsur hara di dalam kulit kopi masih berupa senyawa kompleks yang tidak dapat diambil oleh akar tanaman. Selain itu, selama di permukan tanah kulit kopi akan mengalami proses pembusukan yang juga akan menjadi pesaing bagi tanaman dalam pengambilan unsur nitrogen.
Agar limbah kulit kopi dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal dan tidak menjadi tumpukan sampai mencemari lingkungan, Tim PKM Fakultas Pertanian UGJ mengadakan pelatihan pembuatan kompos bokashi dengan bahan utama kulit kopi kering.
“Diharapkan dengan pelatihan ini, para petani kopi di Desa Cibeureum dapat mengelola limbah kulit kopinya menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi dan juga dapat mengurangi biaya pembelian pupuk bagi tanaman kopinya,” ujar Tim Dosen PKM Fakultas Pertanian UGJ, Wachdijono SP MP MM bersama Siti Wahyuni SP MP dan Umi Trisnaningsih Ir MP bersama mahasiswa dan Kelompok Tani setempat disela-sela kegiatan.
Lebih lanjut, Wachdijono menjelaskan, kegiatan ini menggandeng mitra PKM Kelompok Tani Sekar Manik Sejahtera dari Desa Cibeureum Kecamatan Cilimus Kuningan.
“Kompos bokashi memiliki kelebihan dibanding kompos biasa, yaitu waktu pembuatannya yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan pada pembuatan kompos bokashi digunakan effective microorganism (EM4) yang dapat mendekomposisi bahan-bahan organik secara cepat. Dengan demikian, proses pembuatan kompos dapat berlangsung hanya dalam waktu 21 hari,” paparnya.
Pelatihan, lanjut dia, dimulai dengan penyuluhan tentang dampak dari limbah kopi dan cara memanfaatkannya menjadi kompos bokashi. Sementara untuk penyuluhan sendiri, dilaksanakan tanggal 5 Februari 2021 di rumah salam seorang pengurus Kelompok Tani Sekar Manik Sejahtera.
Adapun para peserta yang mengikuti penyuluhan dibatasi hanya sebanyak 20 orang, untuk menghindari jarak yang terlalu rapat. Materi penyuluhan disampaikan oleh anggota Tim PKM yang juga Dosen Fakultas Pertanian UGJ serta melibatkan mahasiswa Fakultas Pertanina UGJ. Praktek pembuatan kompos dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2021 di halaman rumah salah seorang petani kopi. Bahan yang digunakan antara lain kulit kopi yang sudah kering, sekam padi, pupuk kandang, gula pasir dan EM4.
“Alhamdulillah, para peserta nampak antusias mengikuti semua kegiatan, baik penyuluhan maupun praktek pembuatan kompos bokashi,” ungkapnya.
Selama pembuatan kompos, Tim PKM mendampingi dan memonitoring kegiatan-kegiatan selanjutnya. Bahan kompos yang sudah dicampur, kemudian harus disimpan di tempat yang tertutup dan seminggu satu kali dibalik. Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu akibat proses fermentasi selama bakteri bekerja menguraikan kulit kopi. Apabila hal ini tidak dilakukan maka bakteri yang berasal dari EM4 akan mati dan proses pengomposan tidak bisa berlanjut.
Setelah kompos matang, masih kata Wachdijono, selanjutnya dilakukan analisis kandungan unsur haranya di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGJ. Selanjutnya kompos dikemas dalam ukuran 2 kg dan 5 kg dan diberi label. Tujuannya adalah agar para petani paham bahwa kompos dari limba kulit kopi juga dapat menjadi komoditas yang bernilai ekonomi.
“Dengan demikian, kompos ini bukan hanya bisa digunakan pada tanaman kopi milik para petani, tapi juga petani dapat memperoleh tambahan penghasilan dari usaha pembuatan kompos limbah kulit kopi,” tutupnya. (CP-10)
Be the first to comment on "Dukung Budidaya Kopi Berkelanjutan, Dosen PKM UGJ Manfaatkan Kulit Kopi untuk Kompos Bokashi"