Allah Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini. Cobalah kita membuka lembaran-lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Bukanlah Allah hanya memerintahkan kita untuk makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan hidup.Hidup kita sendiri yang mengatur, menata, menjalani serta mengevaluasi. Hanya saja, Al-Quran dan As-Sunnah telah banyak memberikan pelajaran hidup, kita dapat secara riil bercermin darinya. Di samping itu, selaku muslim dan muslimah Pedoman kita Sejatinya adalah suri tauladan yang akan kita jadikan uswah sepanjang hayat, yakni Rasulullah Muhammad SAW.
Ingatlah, bukan sekadar menggelorakan hidup dan menopang hidup kita dengan segenap ujian dan kenikmatan Allah menciptakan kita. Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Dari sini, kita meneroka langkah ke depan seperti apakah jalan yang akan kita tempuh dalam mengarungi samudera luas dan bentang lapang angkasa kehidupan kita. Alloh juga mengingatkan kita untuk tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh lagi melemahkan orang lain. Prinsip-prinsip hidup yang kita kukuh genggam dan jalani, disadari atau tidak, akan senantiasa berubah dan adaptif bergantung jalan lurus Ataukah menikung di hadapan kita.
Surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)
Jadi, justru kita yang butuh pada Allah. Justru kita yang butuh melakukan ibadah kepada-Nya. Kemana pun pandangan mata kita tertuju, ke arah manapun langkah kita menjejak, semata-mata dalam celupan dan Pengawasan Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana. Bahkan benak pikiran dan lintasan hati yang hanya menggumam sekalipun, semua itu tak telepas dari ijin Alloh, Rabb seru sekalian alam.
Allah Ta’ala menciptakan kita agar kita mengenal-Nya dengan baik, jika kita mengenal-Nya dengan baik (Ma’rifatullah), maka kitapun mencintai-Nya dengan benar, sehingga kitapun ringan melakukan peribadatan kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya serta mengimani kabar dari-Nya (‘Ibadatullah). Jadi, seorang muslim yang bertauhid adalah sosok insan yang seluruh aktifitas kesehariannya.
Tantangannya bukan sekadar kita menganal Alloh dengan Tauhid mamupun dengan implementasi kita dalam mengarungi bahtera hidup yang teramat kencang badai dan angina dingin dalam perjalanan. Dalam setapak itu, bisa jadi jalalan menajdi sempit, terkadang lebar dan lapang, bahakan terkadang menyempit lebih sempit dari lubang semut seketika. Kita ditantang untuk melintas tebing curam kesedihan, merah-hitam kerontang pedataran amarah, gemulai hijau savannah dan belantara bahagia, sebgaiannya bersama orang-orang tersayang. Selebihnya, sendiri menggigil, ketakutan dan nyaris putus asa dalam etape perhentian yang kita tidak akan bisa berlari berbalik arah karena kendali ruang-waktu ini.
“Jika kamu tidak mengubah arah, kamu mungkin bisa berakhir ke arah yang kamu tuju.” -Lao Tzu berkata. Makna seutuhnya berarti, bisa kita resapi bahwa arah apapaun yang menjadi ultimate goal kita maka, panah takdir harus diikhtiarkan dengan terbaik, dengan doa, dengan memanusiawikan diri dan orang lain. Jalan setapak itu mungkin licin, bisa jadi kita terpeleset atau berakhir di jurang mahadalam. Tetapi, doa dan tekad tidak bisa dibantah jika kita mengambil sikap qonaah akan tentram pada akhirnya.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia ini, tak bisa kita pungkiri mengubah banyak hal dalam menjalankan hidup bagi ummat Islam. Sisi baiknya yang kita lakoni dan tularkan ke sesame, sedangkan sisi buruknya kita lempar jauh-jauh, kita buang agar tidak menghalangi setapak jalan sarat onak duri begini. Perubahan mindset dan perubahan mengelola perasaan bukti nyata agar setapak itu mampu kita lewati dengan teguh, sesepi apapaun ruang-waktu pengalaman yang akan kita cerap dari limbungnya semesta saat-saat wabah ini.
Kita bertahan, kita kembali kepada aqidah kita, pada kewarasan kita sebagai manusia dan berlindung dari segenap godaan setan terkutuk. Insya Allah. (*)
Kolom Tetap Ramadhan
Diampu Oleh:
Yustiyadi
(Direktur Eksekutif Kampanye Menggemakan Pemimpin Muda)
Be the first to comment on "Jalan Setapak Yang Kita Tuju"