Konon penerbangan Umrah akan dilakukan dari BIJB Kertajati mulai November 2022. Adapun dua penerbangan yang akan digunakan adalah Garuda Indonesian Airways dan Lion Air.
Ada beberapa isu menarik yang menyeruak ketika membahas BIJB Kertajati. Misalnya, aksesibilitas, fasilitas, otoritas, peluang, dan sederet isu lainnya.
Bandara yang terletak di Kabupaten Majalengka tersebut memang sungguh menarik. Betapa tidak, bandara tersebut akan berdampak sangat luas bagi kabupaten/kota di sekitarnya, termasuk bagi Provinsi Jawa Barat. BIJB Kertajati menjadi pintu masuk ke Provinsi Jawa Barat. Jadi, keberadaannya sangatlah strategis.
Hingga kini luas lahan yang sudah dibebaskan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah 1.040 hektare. Jika melihat perencanaan awalnya, masih tersisa 760 hektare lagi yang harus dibebaskan.
Rencana awal BIJB Kertajati adalah 1.800 hektare. Di seputaran BIJB Kertajati juga disiapkan lahan seluas 3.200 hektare untuk Kawasan Aerocity Kertajati. Kawasan ini akan menjadi area penunjang yang akan melengkapi bandara berkelas internasional.
Pemprov Jabar telah memberikan dukungan aksesibilitas dengan memperbaiki dan memperlebar jalan arteri menuju bandara di Kabupaten Majalengka tersebut. Namun, itu saja masih tidak cukup. Aksesisbilitas masih harus diperkuat dengan jalan tol.
Eksisting memang sudah terbangun pintu masuk dari Tol Cikampek-Palimanan (Cipali). Namun, itu saja pun masih dirasa tidak cukup. Masih dibutuhkan akses dari arah selatan.
Akses dari arah selatan itulah yang perannya dipegang Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Namun, kita semua tahu bahwa hingga kini pembangunan Tol Cisumdawu masih berjalan cukup lambat. Hingga kini baru Fase 1 Tahap I dan Fase 6 Tahap II yang berfungsi.
Pembukaan Fase 2, Fase 3, dan Fase 4 Tahap I diharapkan tidak sampai akhir tahun 2022. Tahap I pada awalnya sangat diharapkan selesai lebih dahulu. Tahap I diharapkan memangkas kemacetan dan masalah yang ada di sekitar Cadas Pangeran.
Sayangnya, pembangunan Fase 2 yang sudah rampung sempat bermasalah karena longsor di dekat terowongan. Masalah tersebut antara lain akibat derajat kemiringan di kiri dan kanan jalur yang kurang landai. Semoga hal serupa tidak terjadi di kemudian hari.
Seandainya Kertajati diharapkan menjadi sebuah bandara berkelas internasional sebagaimana tersemat dalam namanya, semestinya bandara ini juga dilengkapi sarana-prasarana lainnya. Misalnya, hotel, rumah sakit, hanggar yang memadai, bahkan pusat perbelanjaan.
Peluang
Ada sebagian orang mengkhawatirkan jumlah penumpang yang akan menggunakan jasa BIJB Kertajati. Hal itu sungguh sangat tidak tepat. Mengapa? Jawa Barat menjanjikan banyak hal.
Dengan jumlah penduduk hampir 50 juta jiwa, Provinsi Jawa Barat sudah merupakan pangsa pasar yang sangat potensial. Mayoritas penduduk Jabar adalah muslim. Dengan demikian, semangat menunaikan Rukun Islam kelima, yakni pergi haji, sangatlah besar.
Pergi haji memang memang hanya setahun sekali dan dibatasi pula dengan berbagai pertimbangan. Jangan lupa, masih ada sederet peluang lain yang tidak kalah banyak jumlahnya.
Karena kesulitan berhaji dan salah satunya karena antrean begitu lama, kaum muslimin kemudian cenderung memilih alternatif “haji kecil” yang disebut umrah. Ibadah ini bisa dilakukan relatif kapan saja. Dengan demikian, calon penumpang dengan kepentingan ini sangatlah banyak dan gelombangnya tiada henti sepanjang tahun.
Lalu, ada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang jumlahnya juga tidak sedikit. Bukan hanya PMI asal Jawa Barat yang dapat menggunakan jasa BIJB Kertajati. Jamaah umrah maupun PMI dari wilayah terdekat, semisal Brebes maupun Tegal bisa jadi “terbang” via Kertajati.
Kemudian, mereka yang akan pergi berdinas, entah dari lembaga pemerintah maupun swasta juga tidak sedikit. Jadi, para pengusaha, wisatawan, pegawai negeri, anggota dewan, maupun masyarakat awam juga dapat memilih BIJB Kertajati sebagai alternatif tempat keberangkatan atau kepulangan perjalanannya.
Artinya, sangat banyak orang yang akan menggunakan jasa BIJB Kertajati. Dengan demikian, tidak tepat rasanya jika BIJB Kertajati dikatakan akan kekurangan penumpang.
BIJB Kertajati juga bisa berkembang jika MRO pesawat TNI/Polri dipusatkan di sana. Belum lagi jika lantas dilakukan relokasi PT Dirgantara Indonesi dan PT Pindad.
Semua itu menunjukkan berbagai peluang yang akan mengembangkan BIJB Kertajati. Yang dibutuhkan sebenarnya tinggal goodwill. Siap dan ikhlaskah para pengambil kebikjakan memberikan hal itu?
Jika BIJB Kertajati sudah beroperasi secara penuh, manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat kabupaten/kota di wilayah yang biasa disebut Ciayumajakuning. Namun, secara keseluruhan BIJB Kertajati juga menjadi salah satu pengungkit roda perekonomian Jawa Barat.
Ciayumajakuning pasti merupakan wilayah yang bisa merasakan manfaatnya. Perkembangan yang cukup signifikan pasti dialami oleh masyarakat Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, dan Kabupaten Kuningan.
Masalahnya, siapkah kabupaten/kota di wilayah Ciayumajakuning menyambut beroperasinya secara penuh BIJB Kertajati? Mereka harus bersiap diri untuk menangkap berbagai peluang yang ada sehingga tidak hanya menjadi penonton atas segala hal.
Semoga BIJB Kertajati maupun Tol Cisumdawu cepat beroperasi secara penuh sehingga masyarakat merasakan manfaat kehadirannya. Dengan demikian, Ciayumajakuning pun kian berkembang. (*)
Be the first to comment on "Kertajati dan Cisandawu untuk Ciayumajakuning?"