PERJUANGAN UNTUK BERTAHAN

Foto : Ilustrasi/Istimewa Perjuangan untuk Bertahan

 

Oleh: Yustiyadi

Thomas Malthus, seorang pendeta yang kemudian dikenal sebagai jenius dalam kajian populasi pada 1789 menulis dengan nama pena An Essay on the Principle of Population yang memprediksi bahwa ledakan populasi manusia dari waktu ke waktu akan menghadapi sumber daya yang semakin terbatas.

Ketika populasi menggelembung, sumber daya semakin menipis, mengakibatkan persaingan antarindividu semakin sengit. Perang, virus, parasit, pandemi dan evolusi bisa mengurangi populasi, tapi mortalitas semakin lama semakin membesar. Saat ini, dunia kita dihuni sekitar 8 miliar lebih. Speanjang millenia, manusia bangkit, runtuh dan bangkit kembali menemukan peradaban.

Cara-cara manusia bertahan dan menyintas waktu semakin menghadapi tantangan signifikan, apalagi di era entropi dan chaos Abad ke-21 ini. Khalifah Ali Bin Abi Thalib Ra. pernah mengatakan kehidupan itu hanya dua hari saja. Satu hari untukmu, satu hari melawanmu. Maka pada saat ia untukmu, jangan bangga dan gegabah; dan pada saat ia melawanmu maka bersabarlah. Keduanya adalah ujian bagimu.

Hal ini mengandung makna bahwa fokus kita dalam hidup adalah menghadapi serangkaian ujian provokatif; pada hari-hari yang panjang dan melelahkan, bisa saja kita tak kuat, putu asa menggapai-gapai pegangan yang secara naluriah berinduk pada kelaparan jiwa. Kelaparan jiwa adalah sebuah situasi kompleks dmana hajat kita tak terpenuhi lantaran fakir, miskin dan tak berdaya. Keputusan yang kita ambil, tindakan yang kita terapkan, juga setiap prosenya akan berbalik menyerang kita sebagai tumpukan kegagalan.

Hari-hari yang singkat, tapi juga amat berat haruslah diberkahi dengan optimisme yang terukur. Karena ridha Allah semua berlangsung sebagai keniscayaan yang menghampiri, bertamu, duduk manis menyesap teh untuk berdialog dengan kita. Meyakini sekuensial hidup yang selalu melibatkan Tuhan dalam helaan napas adalah cara paling efektif untuk bertahan.

Dalam Alquranul Karim, motivasi dan perjuangan untuk bertahan banyak ditebar dalam berbagai ayat. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu golongan orang-orang yang beriman,” (QS Ali Imran: 139); Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur,” (QS Yusuf: 87);
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina,” (QS Al-Mukmin: 60).

Ayat-ayat ini, dan juga banyak ayat lainnya mengamplifikasikan kisah perjuangan untuk bertahan hidup dalam fase-fase tersulit ataupun ketika ujian kebahgaiaan tengah berlangsung. Pelajaran yang bisa kita petik, yakni:
Janganlah menyematkan harapan pada manusia. Itu pasti hilirnya adalah kekecwaan akut. Bergantunglah pada berkah Allah, yang tak kaupinta akan bertandang, yang tidak pernah bisa kau jangkau, tapi janji-Nya mutlak mengangkatmu dari keterpurukan bahkan pada titik terendahmu;
Perlawanan adalah senjata kaum lemah.

Lemah itu cara kita agar direspons dengan kekuatan yang tak tertandangi, yaitu suvival mode, bisa saja resah dan tak terrbaca yang terjadi dalam jiwamu, tapi ragawimu juga mesti menunjukkan ketahan dan pertahanan diri, jangan sampai kita terlempar pada survivorship bias.Makanya bagaimana? bias bertahan hidup adalah pemikiran yang cenderung hanya fokus pada keberhasilan dan mengesampingkan kegagalan. Misalnya, seseorang yang punya pemikiran ini melihat pengusaha sebagai sebuah profesi yang menjanjikan. Akibatnya, mereka lebih fokus pada para pengusaha yang sukses sebagai gambaran keseluruhan kelompok. Di sisi lain, banyak orang-orang yang gagal atau bangkrut menjadi seakan tidak terlihat’
Berdoa dan kontemplasi. Bukan proses yang menghadirkan pilihan dan keberhasilan terbaik. Setiap manusia ditantang untuk berjuang bukan sekadar gagasan, tapi muncul dalam bentuk kterampilan untuk survive, bertahan dengan waras dan menguji setiap jalan keluar. Selalu ingin tahu dan berpikir kritis meruapakan tameng untuk setiap apapun bernilai hoaks/PHP (Pemberi Harapan Palsu) bernama manusia yang selalu muluk-muluk.

Pada hadits Rasulullah Muhammad SAW, kita menemukan beberapa aspek perjuangan bertahan, sebagaimana berikut ini:
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, tidaklah kehidupan dunia dibandingkan akhirat melainkan hanya seperti salah satu dari kalian mencelupkan tangannya ke dalam lautan, maka silakan dilihat apa yang dibawa oleh jarinya,” (HR Muslim).

Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan kesulitan bersama kemudahan,” (HR Tirmidzi).

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah suatu kegalauan, kesedihan, kebimbangan, kekalutan yang menimpa seorang mukmin atau bahkan tertusuk duri sekalipun, melainkan karenanya Allah akan menggugurkan dosa-dosanya,” (HR Bukhari dan Muslim)

Cara terpenting kita bukan hnya mempedomani tuntuan Rasulullah ini, tetapi juga membagi setiap kisah dan harapan kepada sesama muslim sebagai satu saudara dalam ukhuwah Islamiyah. Jauhi feodalisme yang melekat dalam badan kita. Marilah kita menjaga platform bertahan untuk menjalani hidup yang semakin mendesak maslaahnya, dengan kualifikasi di bawah ini:

Bersabarlah dalam menghadapi cobaan, karena setiap cobaan adalah kesempatan untuk bertumbuh dan menjadi lebih kuat;

Herbet Spencer dengan gagasan survival of the fittest, bukan hanya menyentuh pada evolusi secara biologis setiap jenis organisme. Bertahan adlaah kehendak alamiah setiap diri insan. Maka, dalam pandangan Islam bertahan hidup bukan hanya mengurusi persoalan kesiapan mental, tetapi juga menjalani hidups ebagai mahluk yang abd’ (hamba Tuhan) dalam laku sosial kita; dan
Faktor pendorong resiliensi atau daya lenting untuk kembali pada posisi pemulihan sebagai bentuk perjuangan bertahan hidup. resiliensi terbentuk dari interaksi antara karakteristik individu, lingkungan, dan pengalaman-pengalaman yang membuat individu memiliki kekuatan sebagai indikator baiknya kemampuan adaptasi ketika dihadapkan dengan risiko atau kesulitan yang berat. Model ini dapat menggambarkan interaksi satu arah atau secara independen antara aset, risiko, faktor protektif, atau faktor risiko dengan individu atau suatu kelompok berisiko.

Sya Ban adalah salah satu sahabat awal yang memeluk Islam pada masa awal dakwah Rasulullah di Mekah. Pada masa itu, menyatakan diri sebagai Muslim berarti menghadapi ancaman, penyiksaan, dan tekanan dari suku Quraisy. Meski menghadapi bahaya, dia teguh mempertahankan keimanannya dengan terus dengan siksaan dan perlakuan kaum kafir Quraisy. Bertahan, bersabar, berdisiplin. Tidak boleh sama sekali bermalas-malasan.

Maka, ketaatan akan hukum Allah dan Rasullulah tidak boleh disia-siakan. Itulah model paling pantas agar kita bisa bertahan dalam perjuangan melangsungkan hidup, mulai dari momentum Ramadan tahun ini. Insya Allah. (*)

Be the first to comment on "PERJUANGAN UNTUK BERTAHAN"

Leave a comment

Your email address will not be published.


*