Congklak atau Dakon merupakan salah satu jenis permainan yang biasa kita mainkan di masa kecil. Permainan ini tidaklah sulit dimainkan, hanya membutuhkan papan conglak dengan ceruk dan biji Congklak, yang biasanya terbuat dari batu, cangkang kerang atau lainnya. Permainan ini sesungguhnya berlaku secara berpasangan atau berduaan, dan tidak mungkin dimainkan sendiri. Aturannya adalah memainkan biji Congklak secara bergiliran.
Secara umum, Congklak memiliki 14 ceruk yang lubangnya sama besar dalam dua jalur sebagai papan pemain. Permainan dikatakan selesai apabila ke-14 ceruk tersebut habis, berpindah ke lumbung sebagai timbunan biji congklak yang dibagikan. Seru! Lantaran setiap pemain akan memutar-otak bagaimana caranya segera merampungkan permainan, dan menjadi pemenang. Pemain dengan jumlah biji di lumbung lebih banyak dianggap sebagai pemenang.
Permainan Congklak ini penuh dengan perhitungan dan falsafah hidup, bila kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Saat memulai permainan, tiap ceruk diisi oleh tujuh biji. Jika kamu jeli, tiap pemain juga “berhak” atas tujuh ceruk. Angka tujuh dimaknai sebagai jumlah hari dalam seminggu. Saat permainan dimulai, pemain akan mengambil biji congklak dari satu lubang, dan mengisi lubang lain termasuk lubang lumbung yang ada di kedua sisi papan. Cara bermain tersebut dimaknai bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan berpengaruh pada masa depan kita dan orang lain.
Ketika biji diambil, dibagikan ditaruh pada setiap ceruk, hal ini menandakan bahwa dalam keseharian kita mesti saling memberi dan menerima dalam rangka mencapai keseimbangan. Cara kita menyisihkan biji congklak untuk ditaruh di lumbung adalah perilaku kita hendaknya hemat dan punya itikad baik untuk selalu menabung. Dalam bahasa Cirebon, konsep itu bisa kita perhatikan pada kata “asal pedaringan bli ngglimpang”/asal pedaringan (tempat untuk menyimpan beras) diusahakan agar tidak terjengkang, yang secara maknawi tiadanya usaha untuk berhemat dengan selalu bersifat boros lagi berlebih-lebihan.
Selain itu, konsep lain adalah bahwa ketika kita memperoleh rejeki, maka pergunakan secukupnya dan senantiasa mensyukurinya dengan terus bersikap jujur dan berempati terhadap penderitaan orang lain di sekitar kita. Masa Pandemi Covid-19 ada banyak orang terpapar dampak kehilangan sumber matapencaharian yang dulu dilakukannya, bahkan hanya untuk makan sehari-hari saja sudah susah dengan berdiam di rumah.
Hari-hari membentang terasa kebosanan saat PSBB ini, kadang mentok harus melakukan apa lantaran rutinitas yang menjenuhkan. Sesungguhnya, Allah Swt telah menjamin lapangnya rejeki bagi setiap insan asal kita terus bersabar menjemputnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an Surat Hud Ayat 6 yang berbunyi: “Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan semuanya telah dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediaman dan tempat penyimpanannya. Semua itu (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh.
Jaminan ini merupakan keniscayaan yang mutlak, jangan pernah takut kita kekurangan dan kelaparan jika ikhtiar kita dijalankan dalam bimbingan aturan Allah. Meskipun di masa wabah yang penuh dengan keputusasaan begini, jalan di depan akan terbentuk atas usaha kita sendiri. Selebihnya, kita hanya berharap bahwa orang-orang di sekitar kita terketuk hatinya dalam membantu mereka-mereka yang tertimpa musibah.
Allah telah mendesain bumi pertiwi ini sedemikian rupa agar cocok untuk dapat dihuni oleh manusia. Dilindungi dari panas, tanah yang lembut, serta air yang dapat menghasilkan buah-buahan untuk dapat menjadi rezeki bagi manusia. Maka, dengan mengenali apakah itu rejeki dan belajar dari permainan congklak, insya Allah kita akan memperoleh pencerahaan. Secara jelas, rejeki yang kita konsumsi adalah apa yang menjadi hak kita. Bersyukur atas segalanya akan menjadikan hidup kita lebih tenang demi meredam keserakahan diri.
Untuk mengisi hari-hari PSBB ini, biar tidak ribet/riduh mari kita mengisinya dengan turut bermain congklak yang bisa dijadikan salah satu alternatif. Hari-hari PSBB juga jangan melupakan esensi keutamaan ibadah di bulan suci Ramadhan yang berlimpah pengampunan dan pembebasan kita dari jilatan api neraka. Ramadhan ini kita maksimalkan sebaik mungkin, sehingga derajat muttaqin dapat kita raih bersama. Aamiin. (*)
Kolom Tetap Ramadhan
Diampu Oleh:
Yustiyadi
(Direktur Eksekutif Kampanye Menggemakan Pemimpin Muda)
Be the first to comment on "Biar Gak Riduh, Mari Main Congklak"