CIREBON – Peta persebaran partai politik dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Cirebon mengalami perubahan signifikan setelah Penjabat (Pj) Wali Kota Cirebon, Agus Mulyadi mengumumkan keputusannya untuk tidak maju sebagai calon. Hal ini membuat dinamika politik di Kota Cirebon semakin menarik untuk dinantikan. Tentu saja, semua partai akan bergerak cepat secara dinamis untuk membentuk adaptif dan menentukan sosok calon.
Hal ini seperti diungkapkan Direktur ARFI Institut, Dr Iskandar Zulkarnaen MSi, keputusan Agus Mulyadi tersebut telah memengaruhi strategi partai-partai politik yang awalnya merencanakan adaptasi dengan partai yang didukungnya. “Tanpa malunya Agus Mulyadi, partai-partai politik di Kota Cirebon harus merevisi strategi dan mengadaptasinya,” ujar Dr Iskandar Zulkarnaen yang akrab disapa Izul ini.
Jika hitung-hitungan pasca Agus Mulyadi mundur, kata Izul, diantaranya Eti Herawati – Suhendrik (Nasdem, Gerindra, Hanura) dan Fitria Pamungkaswti dengan pasangan alternatif Azrul, Handarujati Kalamullah (PDIP, PKS, Demokrat, PPP) serta Effendi Edo dengan pasangan alternatif Hediyana Yusuf, Syaifurohman (Golkar, PKB). Dan, itu semuanya masih sangat dinamis untuk peta distribusi dan kandidat kandidat. Apalagi PAN dengan Dani Mardani belum menentukan sikap dan arah politiknya.
Dimana, katanya, Agus Mulyadi telah dikenal sebagai tokoh yang memiliki basis dukungan tersendiri di Kota Cirebon. Keputusannya untuk tidak maju dalam Pilkada tentu saja menjadi kejutan bagi banyak pihak. “Kehadiran Agus Mulyadi dalam Pilkada sebelumnya cukup signifikan, sehingga tidak ada keraguan bahwa absennya nama beliau akan berpengaruh pada dinamika keragaman dan persaingan politik di Cirebon,” tambahnya.
Saat ini, partai-partai politik di Kota Cirebon tengah bergerak cepat untuk membangun keragaman baru dan mencari figur yang memiliki daya tarik elektoral yang sebanding dengan yang dimiliki Agus Mulyadi. Izul juga menyoroti bahwa faktor elektabilitas dan kapasitas calon akan menjadi penentu utama dalam menentukan distribusi yang solid.
“Dengan masuknya variabel baru ini, Pilkada Kota Cirebon diprediksi akan semakin menarik untuk diikuti, baik oleh masyarakat maupun pengamat politik,” ungkapnya.
“Kalau dulu Institut ARFI melakukan survei elektabilitas pasangan Effendi Edo-Hediyana Yusuf berpeluang besar, kemudian dilanjutkan pasangan Eti Herawati-Suhendrik. Sambil menunggu pasangan Fitria Pamungkaswati dengan siapa, diharapkan Fitria Pamungkaswati tidak salah memilih pasangannya,” pungkasnya. (CP-10)
Be the first to comment on "Pasca Pj Walikota Batal Mencalonkan Diri, ARFI Institut Catat Ada Perubahan Peta Koalisi Signifikan"