Narasi-narasi kelabu yang berkembang di era kiwari-era yang banyak orang menyebutnya sebagai Masa Industrial 4.0 atau Era Disrupsi adalah Narasi Bengkok Post-truth, dimana obrolan medsos, postingan gunjingan, berita tanpa sumber yang jelas; segala remeh-temeh serupa obrolan di warkop dulu dijadikan sebagai Sumber utama (primary resources) Kaum gabut mencari Berita dan informasi.
Pada perkembangannya, Narasi tipe begini kemudian diamini oleh jamak orang dan disebar-luaskan melalui pelbagai platform media. Pada titik ini, publik mencermati, menilai, mengomentari, menceritakan dan beropini dengan sudut pandang masing-masing-hanya saja pemahaman mereka sudah diblokade oleh kebenaran artifisial-yang jika boleh diistilhkan di sini sebagai Kebenaran Photoshop.
Kebenaran Photoshop tersebut memiliki karakter-karakter khas, yakni: jumud, sok-benar sok-pintar, bernilai fitnah ajeg dan meracuni.
Di ruang-ruang privat kita, kebenaran model begini sudah teramat merangsak, menjalari dan sudah deras merembas. Bayangkan, anak-anak kecil kita-simbol masa depan yang Kita gadang-gadang menjadi generasi penuh berkah dan gemilang sudah makin terinsepsi dengan Kebenaran Photoshop (Photoshop truth)ini. Mereka menggenangi hari-hari mereka dengan bermain game tak kenal waktu bersama teman-temannya, anarkis dalam mengelola medsos mereka dan segenap pikiran mereka telah dialihwahanakan dengan instastory dan merekam video berbasis aplikasi Tiktok.
Mari kita menengok sejenak lintasan sejarah masa silam. Di Negeri yang kita kenal selaku Caruban Nagari ini, dulu pada masanya sekitaran abad ke-18 tercatat satu medium amat mematikan untuk menghilangkan nyawa seseorang, yaitu Racun Upas. Racun ini disebutkan dalam beberapa bagian Naskah Cirebon. Sebagai contoh, Racun Upas disebutkan dalam legenda yang menuturkan kisah terbakarnya Masjid Agung Kesultanan Cirebon. Seorang Wanoja pilih-tanding berasma Nyi Regal Pengalang-alang berhasil memberantas pelaku kejahatan pembakaran masjid tersebut dan membuangnya ke Goa yang didalamnya dipenuhi Racun Upas.
Bagaimana Racun Upas disadap? Racun Upas diambil dari getah pohon Upas-yang baunya saja teramat mematikan, dengan cara meracuni syaraf-syaraf kita dan membuat otak manusia tidak berfungsi seketika tatkala menghirup getahnya.
Kembali ke masa sekarang ini, tentu akan sulit sekali memperoleh Racun Upas dan sarat risiko untuk mengambilnya. Saya kira, analogi pada catatan saya ini relevan dengan kondisi terkini-jika Kita merujuk pada kebenaran Photoshop yang dipuja-puja pada banyak ranah kehidupan -terutama pada Layar digital Kita. Orang-orang berasyik-masyuk menebar content penuh keburukan Rupa, menjadi jamaah-jamaah yang penuh kebahagiaan apabila sudah khatam copy-paste pemberitaan yang sifatnya memprovokasi, membenarkan diri-sendiri, diberi banyak acungan jempol serta diviralkan.
Sebagaimana Era Kesultanan Cirebon dengan racun upas-nya, banyak manusia modern kini berperan secara jitu menjelma Kaum Penyebar Racun Upas. Orang-orang seperti apakah yang dapat dikategorikan semacam ini dan bagaimana ciri-cirinya? Secara singkat, informasi Berikutnya akan membedah hal-hal tersebut.
Kaum Penyebar Racun Upas era modern ini adalah mereka-mereka yang hidupnya menggeluti peran palsu dengan menebarkan secara membabi-buta kebenaran Photoshop ke ceruk kehidupan Kita sehari-hari. Mereka itu bisa berupa individu, sekelompok orang, organisasi, jamaah YouTube, elit politik, tokoh agama, pemuda atau perempuan dan identitas masyarakat lain-siapa saja yang laku digitalnya pongah tapi cetek ilmu-pengetahuannya. Mereka biasanya mengabaikan kritik dan masukan dari orang lain. Ciri-ciri mereka dapat ditunjukkan dengan hal-hal berikut: baperan, nangisan, suka wadul (curhat palsu) ke orang lain, lantas merebus kata-kata sungkrah sampai tumpah kemana-mana. Padahal pada hakikatnya, mereka itu sendang menutup-nutupi segala perbuatan jahatnya dengan berbalik menyerang orang lain di sekitarnya.
Kita menyadari seutuhnya bahwa perkembangan zaman sudah makin tak terkendali, oleh karena itu jangan Kita hanya mendompleng- sekadar menjadi follower tangguh tanpa petunjuk arah yang pasti akan berakibat Kita tergelincir menjadi Kaum Penyebar Racun Upas. Mereka tidak lagi mampu mengambil jeda untuk bernapas dan merasakan udara Segar. Mereka senantiasa dikejar-kejar jebakan hidup yang berujung maut. Ini sungguh ironis dan merupakan potret yang bisa kita capture dalam keseharian Kita. Dibutuhkan upaya-upaya distopia, upaya nyata membendung banjir bandang kebenaran Photoshop ini dengan menelaah Berita Dan informasi yang lebih sehat, terutama meredam gejolak kebencian dan amarah apabila mengunggah sesuatu via Medsos.
Cirebon, 1 Muharram 1441H/ 31 Agustus 2019
Ditulis Oleh :
Yustiyadi (Penutur Kisah dan Pelancong Setia)
Be the first to comment on "Kaum Penyebar Racun Upas"