“Dan Alloh menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu, serta mempeteguh dengannya telapak kakimu.” (QS Al Anfal: 11)
Salah satu peristiwa yang terjadi dalam bulan suci Ramadhan pada lintasan Sirah Nabawiyah adalah berlangsungnya Perang Badar. Perang ini disebut juga selaku Ghazwah Badr al-Kubra yang menjadi pembeda diantara peperangan yang terjadi pada masa Rasululloh.
Perang Badar memuliakan Kaum Islam dalam meraih kekayaan, meninggikan menara-menaranya dan menghancurkan berhala-berhala kafir Quraisy yang menjadi musuh dakwah Islam selama ini. Kekuatan pasukan Muslim pada perang ini adalah berkisar 313 orang melawan 950 orang prajurit kafir. Sungguh suatu perbedaan kekuatan tempur yang timpang dan meresahkan secara jumlah. Akan tetapi, kekuatan musuh tersebut sama sekali tak membuat ciut nyali pasukan muslim dalam berperang. Dengan tekad dan semangat tempur membela Nabi, mereka berhasil meluluhlantakkan kekuatan kafir yang tak seimbang itu berkat pertolongan Alloh yang Maha Kuasa.
Hanya sekitar 14 orang muslim yang syahid, sementara korban di pihak kafir hampir keseluruhannya. Salah satu tokoh kafir yang tewas dalam peperangan itu, yakni Abu Jahal yang permusuhannya dengan Rasululloh begitu kental. Pertolongan Alloh dengan para malaikat turun ke bumi tiba pada waktu yang tepat dengan tercurahnya air dari langit. Hujan dalam perang Badar tersebut menentramkan jiwa setiap prajurit muslim dalam mengahdapi pertemuan di medan perang, sehingga tak seorangpun akan merasa gentar. Mereka bertempur dengan gagah berani, berkuda dengan sigap dan taktis, memainkan pedang dengan tarian terindah baku bunuh dengan musuh.
Hujan yang digambarakan dalam Surah Al Anfal untuk menyucikan jiwa kaum muslim yang gelisah, yang boleh jadi tengah goyah melawan pasukan kafir Quraisy yang sangat kuat lagi banyak jumlahnya.
Apa yang dapat kita petik dari peristiwa Perang Badar yang terjadi pada Hari Jum’at, 17 Ramadhan Tahun kedua Hijriyah atau bertepatan dengan 16 Maret 624 Masehi? Banyak hal berlangsung didalamnya, kita akan bedah beberapa pelajaran berharga.
Saat ini, ketika pandemi Covid-19 telah banyak menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia dan dimana ikatan sosial mengalami kelumpuhan, kita dihadapkan pada peperangan juga yang sungguh membuat kita kelimpungan. Bagaimana tidak? Kita dibatasi secara sosial dalam beraktivitas, sehingga apa-apa dilakukan di rumah untuk memutus mata-rantai penyebaran virus ini. Ekonomi hampir mengalami kebangkrutan ataupun setidaknya kerugian besar. Orang-orang panik akan kebutuhan pokok yang mereka pikir akan mengalami kelangkaan berarti. Sungguh, sejatinya persoalan ini tidak hanya didekati dengan jaring pengaman sosial oleh negara, tetapi negara mesti hadir ketika rakyatnya sudah jauh terpuruk begini. Kehadiran negara tidak hanya sebatas menginformasikan berapa korban meninggal dan rentetan kurva melambung perihal jumlah pasien terinfeksi Covid-19. Sadar atau tidak sadar, lockdown harus diberlakukan, dibarengi dengan kedisiplinan warga mentaatinya dengan hanya di rumah saja, bukan malah masih berkeliaran di jalanan.
Sejatinya, hari-hari Ramadhan ini merujuk kepada Tauladan Perang Badar, kita harus mawas diri agar menjadikan Ramadhan ini momentum untuk muhasabah diri, dengan menghidupkan waktu-waktu terbaik untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah Rasululloh. Beberapa pelajaran berharga yang bisa kita tauladani, yakni:
1. Sabar terhadap ujian peperangan memulihkan kehidupan dari wabah Covid-19:
2. Mengikat kembali jalinan kesetiakawanan sosial dengan ta’awun, saling tolong-menolong, bahu-membahu atau bergotong-royong yang sebelumnya sudah sangat luntur dan hanya mementingkan sifat ego-individual:
3. Membangun kembali spirit perjuangan, ukhuwah islamiyah yang lebih mencerahkan dan merasakan senasib-sepenanggungan dalam rangka melawan kekejian pandemi Covid-19 ini.
Semoga Alloh SWT menolong kita semua dan menguatkan hati kita dari kekalutan merebak dimana-mana. Aamiin. (*)
Kolom Tetap Ramadhan
Diampu Oleh:
Yustiyadi
(Direktur Eksekutif Kampanye Menggemakan Pemimpin Muda)
Be the first to comment on "Tauladan Dari Perang Badar"