Lewat Workshop, BPPT Sebut Peran EBT di Indonesia Ditingkatkan Tahun 2045

Foto : CP-06 WORKSHOP. Nampak Power Of Nature gelar Workshop bersama Media tentang Arti Penting Energi Terbarukan di Indonesia yang digelar di salah satu hotel di Bogor, Rabu (19/6).

BOGOR – Energi merupakan modal pembangunan melalui peningkatan peran Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Sebab, energi fosil yang selama ini digunakan akan diperkirakan habis pada tahun 2048-2050. Sehingga, keberadaan EBT harus mulai ditingkatkan di Indonesia.

Menurut Kepala Balai Besar Teknologi konversi Energi (B2TKE), Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Mohammad Mustafa Sarinanto mengatakan, peran EBT di Indonesia akan ditingkatkan menjadi 30% pada tahun 2045, serta pembangkit tenaga listrik ditingkatkan menjadi lebih dari 430 GW.

“Pada tahun 2045 nanti, peran EBT di Indonesia akan ditingkatkan menjadi 30 persen,” jelasnya saat Workshop di hadapan perwakilan media yang digelar Power Of Nature di salah satu hotel di Kota Bogor, Rabu (19/6).

Saat ini, lanjutnya, rasioelektrifikasi 100% sejak tahun 2020 dan pasokan energi per kapita menjadi 7 ribu. Untuk itu, diperlukan berbagai strategi pengembangan EBT, demi mewujudkan angka 30% tersebut. Salah satunya adalah pengembangan pembangkit EBT tetap memperhatikan keseimbangan supply-demand, kesiapan sistem dan keekonomian. PLN juga akan memanfaatkan sumber energi terbarukan dari jenis energi aliran dan terjunan air, energi panas bumi (termasuk skala kecil/modular), biofuel, energi angin, energi sinar matahari, biomassa dan sampah, dan lain-lain, serta mendukung upaya RE BID (Renewable Energy Based on Industrial Development).

Khusus mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), lanjutnya, dilakukan mengembangkan centralized PV untuk melistriki banyak komunitas terpencil yang jauh dari grid pada daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya.

“PLTS sangat berguna untuk daerah terpencil yang berbatasan langsung dengan negara tetangga,” tuturnya.

Mustafa melanjutkan, ada juga strategi PLTS hybrid dengan PLTD atau menggunakan baterai. Strategi ini diprioritaskan untuk daerah yang jam nyalanya rendah, sekitar di bawah 12 jam per hari, yang umumnya berada di Indonesia Timur.

Selain itu, lanjutnya, juga dilakuan pengembangan untuk daerah-daerah yang terisolasi, seperti daerah yang dalam 2 hingga 3 tahun ke depan belum direncanakan untuk dibangun distribusi atau pembangkit thermal kecil, diusulkan untuk menggunakan PLTS.

Mustafa mengakui, pemenuhan kebutuhan energi ini seharusnya juga memperhatikan dampak terhadap lingkungan hidup. Sebab, jika EBT ini tetap saja merusak lingkungan, maka kondisinya tidak jauh berbeda dengan sumber energi fosil. Jika bisa membangun energi yang lebih bersih, maka dianggap bisa memberikan pengurangan polusi dan udara yang bersih.

“Bahkan ada kemungkinan pemanfaatan energi nuklir apabila sumber energi lain tidak memenuhi,” pungkasnya. (CP-06)

Be the first to comment on "Lewat Workshop, BPPT Sebut Peran EBT di Indonesia Ditingkatkan Tahun 2045"

Leave a comment

Your email address will not be published.


*