Lewat Kirab Cap Go Meh, Walikota Akui Keberagaman Hidup Sangat Baik di Kota Cirebon

Foto : CP-06 CAP GO MEH. Nampak Walikota dan Wakil Walikota Cirebon hadiri peryaan Cap Go Meh di Vihara Dewi Welas Asih, Selasa (19/2).

LEMAHWUNGKUK – Kirab Budaya Cap Go Meh menjadi penanda akulturasi budaya masyarakat Cirebon yang majemuk dan heterogen. Sebuah ruang ekspresi seni budaya dan ritual keagamaan di Cirebon yang digelar semarak setiap tahunnya.

Kirab dibuka Walikota Cirebon, Nashrudin Azis, dan dihadiri pula Wakil Walikota Cirebon, Eti Herawati, Ketua DPRD serta unsur Muspida Kota Cirebon. Dalam kesempatan itu, Azis mengatakan, kegiatan itu telah menunjukkan kehidupan keberagamaan di Kota Cirebon berlangsung baik.

“Peserta kirab bukan hanya warga Tionghoa, warga non Tionghoa dan dari agama lain pun berpartisipasi langsung di sini, di antaranya ikut menandu Joli. Ini menunjukkan tingkat keberagamaan di Kota Cirebon sudah tak ada masalah,” bebernya seusai membuka kirab dan turut menandu salah satu Joli pada Kirab Cap Go Meh.

Event itu sendiri dipandangnya sebagai ruang berekspresi masyarakat dari berbagai suku dan agama yang tinggal di Cirebon. Di sisi lain, kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun itu merupakan bentuk pelestarian budaya.

“Ini adalah ruang ekspresi kegiatan seni budaya serta ritual keagamaan bagi masyarakat Cirebon yang majemuk. Setiap tahun digelar dengan lebih baik dan semarak,” ungkapnya.

Lima Belas Joli (tandu) berwarna merah ditandu beberapa orang keluar area Wihara Dewi Welas Asih, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Joli-Joli mengangkut satu patung dewa atau dewi.

Ke-15 Joli masing-masing terdiri dari 6 Joli milik Wihara Dewi Welas Asih, sedangkan sisanya milik para ‘tamu’ atau Wihara dan klenteng dari daerah lain se-Wilayah Cirebon. Setiap Joli seberat 100 kilogram ditandu sedikitnya delapan orang.

Dari 15 Joli, satu Joli di antaranya berukuran lebih kecil dengan berat 4-5 kilogram yang ditandu anak-anak secara bergantian. Joli terkecil ini mengangkut Naca atau Dewa Anak-anak.

Di luar Wihara, ribuan orang berbaris berkumpul mencoba menyaksikan lebih dekat kirab budaya Cap Go Meh sepanjang sekitar 150 meter. Bersama Joli-Joli pengangkut dewa dan dewi, kirab budaya diiringi pula atraksi Barongsai dan Liong serta diikuti kereta kencana Keraton Singhapura dari Sirnabaya, Kabupaten Cirebon.

Selain Naca, dewa dan dewi yang diarak di antaranya Dewi Kwan Im (Kwan Im Po Sat) sebagai Dewi Kebijaksanaan, Dewa Kejujuran dan Kesetiaan, Dewi Laut, Dewa Bumi, Dewa Pengobatan, dan lainnya. Dewi Kejujuran dari Wihara Dewi Welas Asih selaku tuan rumah ditempatkan pada joli  paling depan untuk memimpin rombongan.

“Setelah itu diikuti Naca, Kwan Im Po Sat, dewa dan dewi dari luar tuan rumah, dewa dan dewi tuan rumah lagi, kemudian paling belakang Dewa Pengobatan,” rinci salah satu pengurus Wihara Dewi Welas Asih, Ahong.

Secara keseluruhan, kirab budaya diikuti sedikitnya 2 ribu orang dari berbagai daerah, suku, dan agama. Dengan kata lain, kirab itu tak hanya diikuti warga Tionghoa, mengingat adanya peran serta warga non-Tionghoa lainnya.

Ahong menyampaikan, Cap Go Meh itu sendiri mengandung harapan agar Cirebon tetap aman, damai, dan sejahtera. Kegiatan itu juga dimaksudkan sebagai ‘pendingin’ situasi politik saat ini.

“Kami dinginkan dengan doa, semoga Cirebon tetap aman dan damai, apalagi menjelang Pemilu ini,” ungkapnya.

Kirab Budaya Cap Go Meh dimulai dari Wihara Dewi Welas Asih, dan berturut-turut melintasi Jl. Pasuketan – Jl. Pekiringan – Jl. Parujakan (Wihara Budha Sasana) – Jl. Sukalila Selatan – Jl. Karanggetas – Jl. Panjunan (Wihara Bodhi Dharma Maitreya) – Jl. Jagabayan – Jl. Winaon (Bun San Tong) – Jl. Kanoman – Jl. Talang (MAKIN) – Jl. Kebumen – Yos Sudarso (Bank Indonesia) – Wihara Dewi Welas Asih. Total jarak kirab 4-4,5 km. (CP-06)

Be the first to comment on "Lewat Kirab Cap Go Meh, Walikota Akui Keberagaman Hidup Sangat Baik di Kota Cirebon"

Leave a comment

Your email address will not be published.


*