CIREBON – Keringnya Embung yang berada di Desa Geyongan membuat wilayah Kecamatan Arjawinangun, Gempol dan Ciwaringin Kabupaten Cirebon terancam kekeringan. Pasalnya, embung tersebut merupakan sumber air untuk beberapa desa di tiga kecamatan yang ada.
Embung dengan luas 4 hektare tersebut, merupakan andalan para petani untuk mengairi area sawahnya dan kebutuhan warga beberapa desa diwilayah itu, kini sudah tidak berair lagi. Wargapun saat ini hanya mengandalkan air giliran dari sungai Rajagaluh yang melewati sungai Walahar Kecamatan Gempol yang dilakukan 15 hari sekali.
Kekeringan embung sudah 10 hari terakhir, namun demikian, saat ini petani sudah kebingungan. Karena embung tersebut satu-satunya sumber air diwilayah Arjawianngun dan sekitarnya, sehingga 10 hari kedepan tidak ada air tanaman padi tidak akan tertolong.
“Saat ini kita hanya mengandalkan tata gilir air yang sudah kita sepakati bersama, di beberapa kecamatan seperti Gempol, Ciwaringin, dengan bergiliran mengambil air dari sungai di Rajagalauh melalui sungai Walahar kemudian sampai ke wilayah kita. Itupun dilakukan 15 hari sekali,” kata Sutadi salah seorang warga Desa Winong, Kamis (19/07).
Masih kata dia, saat mulai bergiliran dirinya bersama perangkat desa setempat akan mengawal air dari sungai di Rajagaluh hingga sungai Walahar sampai ke saluran sungai masuk ke wilayahnya yang memakan waktu 24 jam.
“Agar air bisa sampai ke wilayah sungai kita, harus dikawal. Karena saat ini musim kemarau bisa saja ditengah jalan disedot warga lain sehingga saat malampun harus kita kawal, agar masyarkat bisa memanfatkannya. Karena hanya satu hari kemudian kembali gilir desa lainnya,” ujarnya.
Warga lainnya yang berasal dari Desa Geyongan, Kurdi juga mengatakan yang sama, dengan keringnya embung Geyongan saat ini warga kesulitan mencari air. Baik untuk lahan pertanian maupun untuk kesehariannya.
“Bagi keluarga yang mampu bisa beli air bersih untuk kebutuhan sehari-harinya. Tetapi, bagi kita hanya mengandalkan air sungai, sehingga saat kita dapat gilir air. Ya kita manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dengan mengambil dari sungai saat airnya datang, karena kena gilir,” katanya.
Dikatakannya, dalam 10 hari kedepan tidak ada air dipastikan tanaman padi akan kembali mengalami gagal panen. Sehingga, akan mengeluarkan biaya cukup tinggi, untuk satu bau (700m2) biaya yang dikeluarkan capai Rp4 – 5 juta.
“Kalau sampai tidak ada air hujan atau air lagi di embung itu, petani akan merugi. Karena tanaman padi tidak akan tertolong, dan dipastikan akan mengalami gagal panen,” ungkapnya. (CP-02)
Be the first to comment on "Embung Geyongan Surut, 3 Kecamatan Terancam Kekeringan"