Pemuda dan Peran Pondok Pesantren Terpadu

Foto : Ist Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam Kuningan

Foto : Ist
Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam Kuningan

KUNINGAN – Adakah yang salah dengan pemuda di zaman ini? Dengan adanya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bisa dihentikan, akankah harapan terhadap para pemuda mulai melumpuh?  Ataukah hanya anggapan pribdao yang selama ini salah menilai saja?

Jika berbicara tentang pemuda sekarang, maka yang sering menjadi topik pembicaraan hal-hal negatif yang berkait dengan mereka. Balapan liar, tawuran, pemalakan, pacaran, perusakan dan lain sebagainya. Apalagi sebuah survei  menyebutkan bahwa saat ini sangat sedikit sekali pemuda Indonesia yang peduli dengan ideologi bangsanya. Ternyata saat ini hanya 23% saja pemuda yang peduli dengan ideologi bangsa, 77% sisanya kemana?

“Masa muda merupakan fase penting dalam kehidupan seseorang. Ia pada hakikatnya sebentar dan perlahan beranjak tua. Ketika badan masih sehat, pikiran masih cemerlang, dan semangat masih menggebu-gebu, maka seorang pemuda harus mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan, antusias menuntut ilmu, berkiprah dalam memberikan kontribusi positif kepada orang lain dan teguh membela kebenaran,” ujar Kepala Bagian Pembinaan Putra Al Multazam 2 Linggajati Kuningan, Ust Ari Mohamad Ridwan.

Masih kata dia, Rasulullah SAW memberikan jaminan keselamatan di hari akhirat kelak, antara lain, kepada pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah SWT, pemuda yang gemar melakukan aktivitas ibadah di masjid, dan pemuda yang sanggup menahan gejolak nafsunya manakala berhadapan dengan godaan syahwat.

Sahabat Ibnu Abbas pernah menyatakan, tidaklah Allah SWT mengutus seorang Nabi melainkan pemuda. Dan seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan di waktu masa mudanya. Hafshah binti Sirrin berkata, Wahai para pemuda, kerahkanlah potensi kalian selagi kalian masih muda, karena saya tidak melihat adanya kemungkinan beramal kecuali di masa muda.

Imam Nawawi pernah mengatakan, hendaklah seorang pelajar menggunakan kesempatan guna menghimpun ilmu ketika masa luang, masih bersemangat, masa muda, badan masih kuat, ide masih cermerlang, dan kesibukan masih minim, sebelum ia terhalangi oleh masa-masa mengganggu.

“Pemuda ibarat matahari yang berada di atas kepala, energinya begitu kuat, teriknya menyinari sebagian permukaan bumi. Jika dimanfaatkan akan menghasilkan kebaikan dan jika dibiarkan atau disia-siakan paling hanya bisa membuat manusia kepanasan atau tumbuhan kekeringan. Begitupun dengan pemuda, jika energinya dimanfaatkan, maka akan menghasilkan sebuah karya. Tapi jika disia-siakan bahkan disalahgunakan, maka akan berujung malapetaka,” paparnya.

Terus adakah hubungan antara pemuda dan pesantren? Tentu ada, karena banyak pemuda yang menjadi pahlawan kemerdekaan adalahlulusan pesantren. Sebut saja diantaranya adalah KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Pangeran Diponegoro, Jendral Soedirman, dan KH Wahid Hasyim. Selain pendidikan yang baik di keluarga, ternyata pendidikan di pesantren pun sangat berpengaruh terhadap keyakinan dalam melakukan perjuangan mempertahankan kebenaran dan menghasilkan kemerdekaan.

Begitupun jika pemuda modern yang ada di era sekarang (zaman now) ingin merdeka dari perbuatan yang tidak baik, seperti balapan liar, tawuran, pemalakan, pacaran, mabuk-mabukan, perusakan dan lain sebagainya, maka salah satu antisipasinya adalah dengan belajar di pesantren yang kurikulum di dalamnya tidak hanya belajar pondasi kehidupan (agama), tapi juga belajar menyesuaikan dengan perubahan zaman (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Selain itu, Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari beraneka ragam latar belakang memerlukan nilai-nilai multikultural tertentu agar bisa saling hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Nilai-nilai tersebut dikelompokkan menjadi 3 (tiga) nilai multikultural inti, yaitu; a) Demokrasi, Kesetaraan dan Keadilan, b) Kemanusiaan, Kebersamaan, dan Kedamaian, dan c) Sikap Mengakui, Menerima, dan Menghargai Keragaman. Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut di dalam masyarakat, pendidikan memegang peranan penting dan strategis. Karena melalui pendidikan, bangsa Indonesia bisa mempersiapkan generasi selanjutnya yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai multikultural ini. Dan itu sangat bisa diwujudkan melalui pendidikan di Pesantren.

“Di antara pesantren yang terus mengembangkan kurikulum dan menyesuaikan dengan perubahan yang ada adalah Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam di Kuningan Jawa Barat. Dengan visi pesantren Membentuk generasi qur’ani, berakhlak mulia, berprestasi dan terampil berbahasa” yang ditopang oleh kurikulum terpadu berbasis IQRA (Intelegenct, Quranic, Religius, Attitude) bisa menjadi pilihan para orang tua untuk menciptakan anaknya menjadi pemuda yang kuat pondasi (agama) nya dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterimanya,” ungkapnya.

Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam sebagai salah satu pesantren modern tentu memiliki program pendidikan yang disusun sendiri (mandiri) dimana program ini mengandung proses pendidikan formal, non formal maupun informal yang berlangsung sepanjang hari dalam satu pengkondisian di asrama. Sehingga dari sini dapat dipahami bahwa pondok pesantren secara institusi atau kelembagaan dikembangkan untuk mengefektifkan dampaknya, pondok pesantren bukan saja sebagai tempat belajar melainkan merupakan proses hidup itu sendiri, pembentukan watak dan pengembangan sumber daya.

“Sehingga bisa disimpulkan, bahwa pemuda harapan bangsa, agama,  dan orang tua, bisa diwujudkan melalui pendidikan keluarga yang baik dan dilanjutkan di lembaga pendidikan yang juga baik dengan didukung oleh lingkungan yang baik pula, salah satunya adalah di pesantren,” bebernya.

Untuk info lebih lanjut tentang Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam Kuningan bisa melalui website prs: www.prs.almultazam.sch.id (CP-10)

Be the first to comment on "Pemuda dan Peran Pondok Pesantren Terpadu"

Leave a comment

Your email address will not be published.


*