Perihal Sembilan Butir Telur
Kisah ini dinukil kembali dari halaman kitab sarat ibroh/hikmah, yakni Shahih At-Targhib wa At-Tarhib karya Al Hafizh Al-Mundziri.
Marilah kita simak baik-baik:
Pada suatu malam, ada seorang fakir yang mengetuk pintu rumah seorang ulama.
Kemudian ulama tersebut bertanya kepada istrinya,”Apakah masih ada makanan yang tersiksa?”. Istrinya menjawab”Tidak ada yang tersisa, kecuali hanya sepuluh butir telur.” Seorang ulama tersebut berkata, “Berikanlah semua telur itu untuknya.”
Maka, istrinya memberikan sembilan butir telur dan satu telur disisakan untuk anak-anaknya. Setelah kejadian itu, ada seorang laki-laki datang ke rumah syaikh tersebut dan memberikannya satu buah kantong yang berisi uang sebanyak 90 dinar.
Kemudian, ulama tersebut bertanya kepada istrinya tentang jumlah telur yang telah ia berikan kepada si fakir waktu itu? Lantas istrinya menjawab,”9 butir telur”. Maka, Syaikh tersebut berkata,”Lihatlah! Di Dalam kantong ini, ada 90 keping dinar. Alloh telah membalas satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan.”
Perhatikan! Betapa kebaikan, sekecil apapun, jika kita menjalankan dengan ikhlas akan berbuah hasilnya. Itulah benih-benih Keajaiban Sedekah. Janji Alloh adalah suatu keniscyaan.
Sungguh, brother dan sister fillah, ditengah-tengah pandemi Covid-19 yang merontokkan hati ini, berbagi menjadi perilaku yang paling penting untuk sama-sama memupuk jiwa kesetiakawanan sosial.
Sembilan atau sepuluh butir telur bagi kita yang mapan dan berkecukupan memang bisa jadi tak berarti, lain halnya bagi tetangga atau handai-tulan kita; mereka yang hanya bekerja serabutan, yang kena dampak langsung wabah menyakitkan tersebut, telur-telur itu betapa berharga untuk menyambung nyawa keluarganya.
Bukan hanya keikhlasan, tabiat jujur harus kita tumbuh-kembangkan terutama kepada diri sendiri, keluarga dan orang lain tempat kita selalu bercengkrama di setiap keseharian kita. Jujur bisa juga atas ijin dan perkenan Alloh Maha Ramhman dan Maha Rahiim mampu menyelamatkan sesorang dari kesengsaraan dan derita berkepanjangan.
Tak usah dibuat-buat, tak usaha bermaksud diviralkan, tak usah jumawa, lantaran berbagi adalah kewajiban kita. Jangan pernah berhenti melihat sekeliling kita dengan Tawadhu. Sebagai hasilnya, kebaikan kita akan berbalik untuk kebahagiaan kita sendiri. Sekaranglah semestinya kita memulai. Bismillah. (*)
Kolom Tetap Ramadhan
Diampu Oleh:
Yustiyadi
(Direktur Eksekutif Kampanye Menggemakan Pemimpin Muda)
Be the first to comment on "Wacananta"